Di serentetan perjalanan manusia, segala rasa hilir mudik seperti mencari perhatian saja. Kita tahu bersama, bukan namanya hidup jika terus bahagia, bukan pula namanya hidup jika terus-terusan terluka. Semua punya timelinenya masing-masing. Sebetulnya, tak perlu diambil pusing.
Namun, siapa yang kuat dengan derita? Siapa pula yang ingin berkabung terlalu lama? Semua orang hanya bisa menerima dan berikhtiar sekemampuannya, tanpa menafikan rasa pahitnya. Berupaya untuk sabar dan ikhlas demi ridha-Nya.
'Takut'
Kata ini sungguh tak enak disebut. Tapi apa daya, kita semua pernah bertemu atau bahkan sedang ditemaninya. Penyebab takut pun banyak ragamnya. Ada yang sudah lumrah, ada juga yang anti-mainstream.
Kita takut terhadap apa?
Ada yang takut kesepian, kehilangan, ditinggalkan, ada yang takut mendapat pujian, takut mendapat kritikan, dan takut-takut lainnya. Kalau ditelaah lebih dalam, perasaan yang satu ini muncul dari pengalaman kita juga ya?
Misal, ada yang takut ditinggalkan. Mengapa dia takut ditinggalkan? Mengapa ketakutan itu sukar dihapuskan? Coba deh telusuri lagi sejak kapan rasa takut itu muncul, boleh jadi dari pengalaman pahit masa lalu yang belum reda hingga sekarang.
Yaps, raga kita sudah ada di 3 Oktober 2020, namun sebagian ingatan kita tertinggal di tahun yang mungkin kita sendiri lupa tepatnya.
"Rasa takut berakar dari luka yang masih menganga."
Ada yang sependapat?
Artinya, selama luka masa lalu itu belum diobati, maka akan berpengaruh pada sikap kita sampai nanti. Diobati di sini, bisa bermakna diselesaikan permasalahannya atau mencari makna dari permasalahannya.
Rasa takut itu tentu saja tak sepenuhnya salah, dia hadir sebagai alarm bagi tubuh kita agar tak terjatuh di lubang yang sama. Rasa 'takut berlebihan' lah yang seharusnya kita curigai. Kenapa dia ada? sejak kapan dia ada? Bagaimana agar dia pergi?
"Karena sesuatu yang berlebihan, tak elok dipertahankan."
Rasa takut berlebihan akan membuat segala hal di sekeliling kita sebagai ancaman. Tak peduli seberapa stabilnya sesuatu, jika ia tetap ada, ia mencari celah untuk membuyarkan kita.
'Salfok' (salah fokus)
Bukannya fokus untuk menjaganya, malah fokus pada takut kehilangannya. Bukannya fokus pada mensyukurinya, malah fokus pada kemungkinan-kemungkinan kepergiannya.
Setelah ini bagaimana?
Yuk kita lakukan penelitian mini terhadap diri sendiri. Observasi dulu perasaan berlebihan apa yang menghantui kita. Pikirkan sejak kapan itu ada, lalu kembalilah terlebih dahulu ke masa itu dan lakukan penanganan khusus. Selesaikan masalahnya atau maknai permasahannya. Jika tak reda juga, maka konsultasi dengan ahlinya.
(Mohon maaf jika ada salah-salah kata, tulisan ini hanya sharing dari pengalaman pribadi dan jika ada masukan boleh di kolom komentar)
Thank you...
Bukannya fokus untuk menjaganya, malah fokus pada takut kehilangannya. Bukannya fokus pada mensyukurinya, malah fokus pada kemungkinan-kemungkinan kepergiannya.
BalasHapusSuka
Makasih, Kak. Duh part ini mewakili yaaa hehe
HapusTakut itu lumrah kok. Yang nggak boleh adalah ketika kita kalah oleh rasa takut :)
BalasHapusYaps, se 7... hihi
HapusAku Sukaa sekali tulisannyaaaa... Ada sastra nyaaaa
BalasHapusWaaa aku suka komentarnya, bacanya jadi bernada~
HapusAku juga pernah takut kak makasih atas tulisannya bagus sekali
BalasHapusHehe iya Si Takut emang nggak pandang bulu. Sama-sama... Aamiin, makasih juga yaa
HapusWah, bakat fiksinya ok nih...
BalasHapusAduh the first dipanggil gini, hehe jadi tersipu♡
HapusMakasih Kakak
Fokus mejaga, takut kehilangan dan posesif bedanya tipis banget ya?
BalasHapusYups, banget-banget tipis bedanya. Btw Kakak sedalam itu memaknainya hihi
HapusSeiring bertambahnya usia, ketakutan buat saya malah bertambah banyak.
BalasHapusKadang ketika hidup menawarkan banyak opsi, seharusnya saya lebih berani keluar dari comfort zone seperti ketika saya muda. Yang ada, malah sebaliknya .. hmmm
Uluuuh iya Kak, di moment tertentu dalam hidup, kita dipertemukan dengan titik itu.
HapusBut, dengan kita terus menjalani apa yang kita yakini, meski masih belepotan, berarti kita berusaha buat keluar dari titik takruan ini. Semangat Kakak, Kita seperjuangan~
terkadang aku malah menikmati rasa ketakutan itu kaka hhehe
BalasHapusUwuuuu mindsetnya the best... Yaps, asal gak over ketakutan emang ada manfaatnya
HapusBisa tidak ya kita mengelola rasa takut menjadi hal yang positif?
BalasHapusTentu saja... Insyaa Allah dia mengantarkan kita pada sisi yang mungkin tak terlihat kasat mata. Pandai-pandai mengelola emosi intinya~ Semangat terus Kakak
BalasHapus