disuduthari header

Apa yang Melandasi Motivasi Kita?

Posting Komentar

Apa yang Melandasi Motivasi Kita

Hai, kali ini aku mau cerita bahwa pada dasarnya apa yang melandasi motivasi kita ada dua. Pertama, oleh ganjaran/imbalan. Kedua, oleh paksaan/ancaman. Pada umumnya kita cenderung di salah satunya. (Gagasan inti ini dari bacaan terkait Psikologi yang masih melekat di ingatanku, bila salah mohon dibenarkan yaaa).

***


Jum'at 6 Oktober 2020, setelah shalat isya, aku membaca sebuah buku berjudul Menuju Rumah Tanpa Riba karya Kak Sakifah (ketua komunitas ODOP). Baru dua kali baca dan baru sampai halaman 30 an. Dari beberapa halaman yang kubaca, ada sebuah hadits yang tiada hentinya membuatku beristighfar terus menenerus. Hadits tersebut tercantum di nomor 6525 dalam Shahih Bukhari.


Dalam hadits tersebut tak hanya menceritakan perihal riba tapi juga hukuman mereka yang berdusta. Sungguh, hal yang satu ini masih sering kulakukan tanpa sengaja. Tak pernah bermaksud berbohong/berdusta, tapi sadar masih banyak yang tercatat di memoriku. Apalagi, catatan di malaikat pencatat amal. Astaghfirullaah


Yaa Allah... Benar, hati memang harus sering disiram dan diberi santapan rohani semacam ini. Sungguh, ini menjadi penyulut semangat dan motivasiku untuk memperbaiki segala yang masih miss di sana sini.


Berbicara masalah motivasi, ada dua hal yang mendasarinya. Pertama, karena ganjaran. Kedua, karena paksaan. Diimiingi-imingi atau ditakut-takuti. Diksi sebenarnya aku lupa. But, intinya ini.


Teman... kita lebih sering termotivisi jika diiming-imingi atau ditakut-takuti? Jika yang pertama, maka kita ingin mendapatkan lebih dari apa yang kita miliki sekarang. Sementara jika memilih yang kedua, berarti kita tak mau kehilangan apa yang kita genggam. 


Aku pribadi yang kedua. Hehehe bukan mau menjadi yang kedua tapi ya, wkwk. Ya, aku tak mau kehilangan sesuatu yang kumiliki. Entah itu kenyamanan, entah itu kesenangan, entah itu rasa aman. 


Jika disangkut pautkan dengan nasihat agama, aku masih di titik sadar ketika diancam. Memang ketika ada janji Allah mengenai sesuatu itu menyentuh hati, tapi belum bisa menggerakkan langkah ini. Hal semacam ancaman dan hukuman  yang ada dalam hadits yang kuceritakan di awal, sungguh menyeretku ke bagiam terdalam. "Hei, kamu dari mana saja? Mari pulang..." Senang dan tentram rasanya saat kembali pada kesadaran kita sebagai hamba.


Pada postingan sebelumnya yang aku sendiri lupa judulnya mana(maafkan hehe). Di sana kubeberkan motto hidupku yang kedua. Lalu, motto hidupku yang pertama mana? Motto hidupku yang pertama adalah perkataan Imam Syafi'i yang berbunyi:

Jadikan dunia di tanganmu. Akhirat di hatimu. Dan kematian di pelupuk matamu. - Imam Syafi'i

Sungguh, tatkala aku membaca ini hatiku dan rasaku benar-benar diarahkan pada ruang kesadaran. Hmmm, Yaa Allah... betapa setiap hari diri ini berkelana hingga terkadang lupa pada hakikatnya.


Oh iya, dua motto hidup yang kupegang sedang kuusahakan untuk terus tertanam.  Setiap mau shalat, bangun tidur, dan sebelum tidur kuucapkan ini dengan bersuara sambil sedikit melakukan body language. 


Harapannya, semoga lebih istiqamah dan senantiasa mengingat-Nya. Mengingat arti dari hidup yang sementara ini. 


Oh iya, motto hidupku yang kedua lebih pada hubungan dengan manusia. 

Kuberi warna walau setitik. Kusiram bunga walau sedetik.

Yang ini telah kujelaskan di postingan sebelumnya. Tar deh aku buka-buka lagi judulnya yang mana hihi.

***

Waaa, alhamdulillah... semoga pertemuan kali ini bisa diambil hikmahnya. Mohon maaf berisi curhatanku malam tadi, hehe.


Intinya, apa yang melandasi motivasi kita ada dua.  Pertama, ganjaran/imbalan. Kedua, paksaan/ancaman. Nah, kamu cenderung di yang pertama atau yang kedua?


Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya~








ultraulfa
kadang nyastra, kadang nyarita~

Related Posts

Posting Komentar