Di sini aku akan bercengkerama denganmu tentang salah satu karya Gus Dur dalam bentuk tulisan. Ya, sebuah buku berjudul Membaca Sejarah Nusantara, ini lebih dari sekedar ulasan, ini cerita tentang kesan mendalam.
Sebagai orang Indonesia, sudah selayaknya kita tahu asal muasal bangsa ini. Tak cukup dari pelajaran Sejarah di sekolah yang teramat terbatas, baiknya kita tilik pula tutur kisah lebih deep dari para tokoh bangsa. Dalam hal ini, presiden ke empat RI.
Jargon yang masih kental di tengah-tengah kita yang mengingatkan pada sosok beliau yang jenius nan jenaka ialah: “GITU AJA KOK REPOT!” Hm, rindu ya.
Eh iya, satu yang kusyukuri juga dan baru ‘engeh’ akhir-akhir ini ialah aku lahir di tahun 2001. Tepatnya bulan maret yang saat itu presidennya masih Gus Dur.
Wah, betapa terpaut sekian generasi dengan beliau, tapi kilaunya dan ukir kebaikannya tak lekang zaman, dan banyak yang masih menyebut-nyebutkan. Bukan hanya dari kaum muslimin, tapi semua agama.
Aku bersyukur wasilah mengenal Aba (suamiku), aku jadi lebih mengenal tokoh-tokoh besar yang mestinya jadi panutan utama. Sebutlah Mbah Hasyim (KH. Hasyim Asy’ari) pendiri NU yang merupakan kakek dari Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid).
Setelah menuntaskan buku Membaca Sejarah Nusantara, aku pun tergugah menuntaskan novel biografi KH. Hasyim Asy’ari berjudul Penakluk Badai.
Desclimer terlebih dahulu, sejatinya aku belum begitu menangkap dan memahami kedua buku ini secara mendalam. Jadi, jika ditanya apa isi dari bukunya, apa yang kamu dapat, aku belum lugas mengutarakannya.
Sebab, ini bukan karya ecek-ecek. Teramat luhur sosok yang diangkat. Teramat sakral isi dari tulisannya.
Nah, khusus untuk Membaca Sejarah Nusantara, berikut yang bisa kubagikan padamu. Tentang identitas buku dan kesan mendalam yang kurasa.
Selamat mengenal bersama! Bagiku, buku ini dapat mentriger spirit cinta tanah air di momen kemerdekaan Indonesia ke 77 ini. SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA!
Karya Gus Dur : Buku Membaca Sejarah Nusantara
Identitas Buku
- Judul : Membaca Sejarah Nusantara, 25 Kolom Sejarah Gus Dur
- Penulis : Abdurrahman Wahid
- Jumlah Halaman : xx + 134 halaman
- Ukuran : 12 x 18 cm
- Tema :
- 1. Nasionalisme
- 2. Civil society
- 3. Pluralisme
- 4. Sejarah Nasional
- ISBN: 979-25-5307-X
- ISBN 13: 978979-25-5307-9
- Pengantar: KH. A. Mustofa Bisri Editor: M. Imam Aziz
- Rancang Sampul: Haitami el Jaid layout: Santo
- Penerbit dan Distribusi: LKIS Group
- Alamat Penerbit: Salakan Baru No. 1 Sewon Bantul JI. Parangtritis km. 4,4 Yogyakarta
- Telp:. (0274) 387194
- Faks: (0274) 379430 http://www.lkis.co.id
- e-mail: Ikis@lkis.co.id
- Anggota IKAPI
- Edisi Khusus Komunitas Cetakan 1: 2012
- Percetakan: LKIS Printing Cemerlang JI. Salakan Baru No. 3 Sewon Bantul
- Telp. (0274) 417762
- e-mail: Ikis.printing@yahoo.com
Pengantarnya Ditulis Oleh: KH. A. Mustofa Bisri
Bagaimana Aku Menirumu, O Kekasihku
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau mentari
Aku bumi malam hari
Bila tak kau sinari
Dari mana cahaya akan kucari?
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau purnama
yang menebarkan senyum kemana-mana
Aku pekat malam tanpa rona
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau mata air
Aku di muara
Dimana kucari jernihmu
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Engkau samudra
Aku di pantai
Hanya termangu
Engkau merdeka
Aku terbelenggu
Engkau ilmu
Aku kebodohan
Engkau bijaksana
Aku semena-mena
Diammu tafakkur
Diamku mendengkur
Bicaramu pencerahan
Bicaraku ocehan
Engkau memberi
Aku meminta
Engkau mengajak
Aku memaksa
Engkau kaya dari dalam
Aku miskin luar-dalam
Miskin bagimu adalah pilihan
Miskin bagiku adalah keterpaksaan
Bagaimana aku menirumu, o kekasihku
Nah, dari kedekatan dengan dunia sastra, aku cukup mengerti mengapa Gus Mus diminta menulis pengantar dalam buku yang ditulis Gus Dur. Belum lagi, pribadi keduanya teramat nyentrik dan kharismatik, bahkan Gus Mus dalam tulisan di pengantar buku itu berbicara Gus Dur tak perlu diantar, Gus Dur tahu akan ke mana.
Hehe, ya, bahasa dari dua tokoh ini dalam tulisannya begitu renyah “membumi.” Seperti bicara langsung di tengah-tengah, seakan diajak duduk bersama.
Kesan dari Buku Ini
Telah berhari-hari kuselesaikan buku ini. Perihal gambaran isinya secara rinci tak bisa lancar kubeberkan.
Pada intinya setelah membaca buku Membaca Sejarah Nusantara, aku jadi suka belajar tentang sejarah. Gaya bahasa yang ringan untuk semua kalangan.
Perihal isinya daging semua. Ya memang kita, yang bacaannya tidak banyak bisa ikut menyesap pemahaman dari Gus Dur yang literaturnya teramat luas.
Oh ya, aku pun jadi bertanya-tanya sejarah di Jawa Barat minim juga. Banyaknya Jawa Timur, Jawa Tengah, Madura, Banten, Surabaya, dll.
Hm, terlepas
dari yang barusan, dari sejarah kerajaan, hingga organisasi, hingga lingkup
nasional dan pandangan internasional, budaya, sosial, politik, dll, begitu mengasyikkan
diulik. Bahkan, buku semacam ini membuat ketagihan. Ada yang bisa rekom?
.
.
.
Okay, sepertinya cukup ini dulu yang bisa kushare tentang karya Gus Dur. Khususnya karya Gusdur berupa Buku Membaca Sejarah Nusantara. Mohon maaf bila ada salah kata dan salam~
Posting Komentar
Posting Komentar