disuduthari header

Perjalanan Pernikahan Satu Tahun R & M

10 komentar

Perjalanan Pernikahan Satu Tahun R & M

Pernikahan ialah sekolah nyata, tiap detik berisi pembelajaran. Itulah yang terjadi dalam perjalanan pernikahan satu tahun R & M.

Inisial nama yang kami pilih terapkan pada kue pernikahan berwarna putih. "Selamat Akad & Walimah R & M" 

Oh ya, ini ditulis sebagai dokumentasi, tapi boleh juga menjadi inspirasi bagi yang sedang meraba-raba ingin menikah atau baru menikah. Ditulis di waktu berikut.

H-5 Haol Pernikahan Riswandi & Maria Ulfah Ke-1 H-4
H-3


"Aba (Suamiku)" itulah namamu dalam kontak handphoneku, nama itu kau sendiri yang membuatnya. Perlahan kuterheran, terlebih baru beberapa hari usia pernikahan kita saat kau mengubah namamu di kontakku. Walau aku sadari sejak awal, hikmahnya banyak dengan membuat nama yang demikian spesifik seperti barusan.

Tak hanya itu, foto sampul di Facebook pun kau yang mengisikannya untukku. Kau isikan undangan pernikahan kita yang berbentuk pasport berwarna hitam dengan garuda emas yang timbul menambah keeleganan dan keabsahannya, bentuk undangan yang kita sepakati sama-sama.

Oh ya, aku berterima kasih sebab sifat baik Tuhan yang ada padamu, kebaikanmu terasa olehku dengan dibelinya handphone baru selang beberapa hari dari sahnya ijab qabul yang kau ucapkan. Seingatku itu solusi pertama darimu atas masalah yang ada pada istrimu.

Kita tahu bersama, keluhan handphoneku sudah terngiang begitu keras terlebih di masa pendekatan kita, masalah memori full lah, masalah ngeblank lah, masalah signal tak stabil lah, dll., hingga beberapa kali intensitas komunikasi kita kena imbasnya, dan kamu pada akhirnya menawarkan cara menyelesaikan masalah ini sebelum acara pernikahan, lalu setelah nikah kau wujudkan, itulah contoh problem solving darimu.

Sebelum menikah banyak juga kontribusimu pada duniaku. Bahkan, pintu masuk kedekatan kita pun berawal dari situ, dari pengarahanmu pada orang yang sedang dalam pusaran kebingungan mencari jalan.

šŸ›PENDEKATAN

Kau tahu? Aku tipikal yang tak mudah dekat dengan lawan jenis dan baru kusadari akupun tipikal yang terlalu menutup diri untuk orang baru bercitra tertentu.

Prasangka demi prasangka mengontrol gerakku sebelum kebenaran maksud kedatangan seseorang terkuak. Aku terlalu yakin bahwa endusanku itu kuat hingga tak jarang banyak orang ku-cut.

Namun, dalam pengamanan sesuper apapun selalu ada celahnya. Termasuk pada diriku, celah dimana seseorang dapat menyusup dan akhirnya diminta duduk pun terlihat. Kau masuki perlahan dan kumulai merasa nyaman.

Tidak. Tidak. Semua tidak semulus kelihatannya. Kalau boleh jujur, kau beruntung datang ke duniaku di waktu itu, waktu itu adalah waktu yang tepat karena celah tersebut sedang menganga.

Ah, kalau membayangkannya aku selalu ingin loncat pada momen dimana aku menangis sejadi-jadinya, meluapkan apa yang kurasa dan apa yang tak kuterima pada perjalanan hidupku selama ini. Sementara kamu 'sabar' mendengarkan keluhanku hingga rasa lega pun hadir. Setelahnya barulah kau beri pandanganmu dan bagaimana cara keluar dari jeratan hal negatif itu.

Tak sampai di situ, kau buat Si Bele ini pun menggantikan tangis menjadi tawa, dan secara sadar kukatan "Selamat, Kamu sudah masuk ke duniaku dengan mendapat kursi VVIP sekaligus!"

šŸ‘”KHITBAH I

Siapa yang bisa menebak aku akan meniti proses ini lebih cepat dari dugaanku. Aku yang masih berumur 20 tahun, sedangkan petuah Mamah minimal usiaku menikah 25 tahun.

Belum lagi, imageku sungguh jauh dari cinta-cintaan yang serius. Jika di lapangan banyak yang berceloteh "Ulfah nikah tereh?" Kutepis dengan jawaban "uuuu jauh keneh!"

Takkan kuceritakan detail soal diskusi, pengajian dan game kita di sini, hehe. Alasannya rahasia, heuheu. Yang pasti kita dekat bukan karena suatu organisasi, tapi seperti katamu kita dekat karena "mau menikah." Eh, sbetulnya aku yang secara tak langsung terseret pada rencana demi rencana hidupmu.

šŸ‘’KHITBAH II

Kita terbiasa menjalankan hal romansa di bawah tanah. Hanya segelintir orang yang tahu, itu pun tak tahu dengan jelas.

Kita sama-sama banyak membuat orang kaget. Bedanya, kamu menikmati kekagetan orang dengan positif sementara aku merasa bersalah telah mengagetkan orang. Setelah kita bersama, tentu aku tertuntun dengan sendirinya mengadopsi pandanganmu, ada 'kepuasan & kebanggaan' tersendiri saat orang terkaget-kaget, hehe.

Walau begitu, untuk masalah membuat orang kepo, kita jagonya. Aku sedari dulu bak jadi misteri bagi banyak pasang mata, apalagi kamu banyak sekali mata-matanya, dudududu.

Eh, kembali lagi, intinya kita khitbah hanya melibatkan keluarga inti saja, tanpa publikasi. Uh, betapa hasratku dipasung sementara saat harus menahan foto-foto dokumentasi acara khitbah kita pada tanggal 20 Oktober 2021 itu.

Meski berat, aku setuju denganmu bahwa khitbah idealnya tidak dipublikasikan dulu. Sebab, khitbah di sini dimaknai rencana menikah, dan sebuah rencana tak baik dikoar-koar karena akan membuka peluang yang besar bagi mereka yang tak menyukai kedekatan kita untuk merusaknya.

Ah, tak dipublikasikan saja, ada ya kejadian-kejadian mencolok yang menjadi tantangan kita menuju pernikahan. Soal kamu yang banyak didekati perempuan yang tadinya kurang meresponmu dan aku yang juga didekati oleh sosok yang dari bisikkanmu dibayang-bayangi orang-orang yang merasa kau tinggalkan di organisasi.

Hm, juga, kalau dispill di duniaku pun beberapa waktu sebelumnya tengah ada yang mengetuk-ngetuk ingin masuk. Kalau di duniamu sih, justru kebalikannya di mana sebelum satu tahun itu kamu yang biasanya sangat gampang mendekati perempuan, satu tahun itu berkali-kali terpental.

Katamu, aku jawaban dari do'amu. Di mana saat selalu terkendalanya proses pendekatan dengan calon istri, kehadiran kebersamaan kita prosesnya dimudahkan - diberi jalan mulus oleh Tuhan.

Oh ya, mulus di sini maksudnya bisa terlewat juga ya segala permasalahannya. Sebab, hampir tak jadinya khitbah kita dan mundurnya tanggal acara khitbah kita mewarnai perjalanan ini.

šŸ‘”MENIKAH I
Tibalah kita pada langkah paling menentukan dalam sebuah hubungan. Ya, pernikahan.

Hehe, ada momen menggelitik yang kamu juga paling sering mengingatnya, yaitu saat obrolan:

"Bu, nikah, yuk!"
"Yuk"
"Punya uang?"
"Enggak" šŸ¤£

Alhasil, hampir segala sesuatunya kau yang menyiapkan dan qodarullah orang tuaku juga ada milik rizki dari membayarnya seseorang atas hutangnya pada Bapa. Singkat cerita, acara pernikahan kitapun digelar.

šŸ¤ÆGODAAN MENJELANG PERNIKAHAN

Bohong jika dikatakan menuju pernikahan sama sekali tak ada tantangannya, tak ada godaannya. Sedikitnya berikut godaan menjelang menikah yang artinya pernikahan kami diujung tanduk disebabkan hal ini.
1. Acara khitbah yang hampir batal karena perbedaan tradisi keluarga
2. Adanya perkataan yang menyakitimu dari salah seorang anggota keluarga yang punya pengaruh di keluargaku
3. Hadirnya perempuan-perempuan (yang menambah daftar pilihan) dari golongan yang awalnya tak ada respon hingga orang baru yang diperkenalkan oleh orang di sekitarmu.

4. Hadirnya sosok yang mendekatiku dari kaki tangan orang yang tidak suka atas hubungan kita
5. Terungkapnya masa lalu salah seorang dari kita yang membutuhkan waktu untuk dipikirkan akankah dapat diterima atau tidak

šŸ˜†MENIKAH II

Kita menikah di saat aku yang belum dengan kesiapan dan kamu yang penuh kesiapan. Sejak awal aku jujur aku tak bisa memasak, aku begini, aku begitu, lalu kamu dengan entengnya bilang gapapa, kamu menerimaku dan meyakinkanku bahwa aku tak sendiri, bahwa segala sesuatu dapat dipelajari.

Alhasil, setelah satu tahun pernikahan kita, kuakui masakanku belum upgrade-upgrade juga.

"Maafkan Ibu ya Aba, atas hal ini"

Oh ya, trust issue pun masih mewarnai hariku berumah tangga. Aku belum menyelesaikan ini di diriku sebelum memutuskan menikah. Sehingga, kecemburuan-kecemburuan yang berakar dari insecurity-ku meradang di waktu-waktu tertentu. Aku banyak lemah dan menangis atas hal ini dan kamu sepenglihatanku beberapa saat tak nyaman dengan sikapku.

"Oh ya, Aba, ibupun belum berpenampilan sebagaimana yang aba sukai dari seorang perempuan terutama di rumah. Setelah ini, do'akan Ibu ya, untuk lebih memperhatikannya."

Hm, kusadari aku tak bisa seperti wanita-wanita cantik di media sosial yang banyak digandrungi dan begitu berkilau di mata lelaki, termasuk suamiku. Aku tak bisa meniti jalan itu.

Namun, dari sepemahanku, aku baiknya perlu membenahi diri dari aku yang kemarin, aku yang sebelumnya. Fokus pada hal yang menarik yang mesti kustressingkan lebih kuat, hal-hal yang kau suka dariku yang secara sadar kutunjukkan ke permukaan.

Demi Allah, aku ingin menyenangkanmu, Suamiku. Aku ingin menjadi perempuan penentram dalam keluarga. Perempuan dengan ketenangan dan menenangkan dalam rumah tangga.

"Kiral anakku, do'akan Ibu, ya."

šŸ„°HAMIL I

Haid kala menikah membuat kepercayaan diriku naik untuk hamil sesegara mungkin. Walau bayang-bayang dari dulu bagaimana kalau tidak punya anak tetap bersemayam di sisi gelap diriku.

Aku terlalu kegirangan saat pertama kali telat haid yang baru hitungan beberapa hari. Kau tahu? Tentu saja saat haid datang akupun menuai kecewa. Ini terjadi saat haid pertamaku setelah menikah.

Tak jauh beda dengan telat haid 3 hari/ 5 hari (aku lupa) saat perkuliahan normal menjelang KKN masih berlangsung, aku begitu berharap, hingga harapanku terpatahkan dengan adanya darah haid yang terasa di jam istirahat.

Maka, saat KKN yaitu satu bulan berikutnya, aku berbincang dengan Aba, kata Aba jangan terlalu dipikirkan, kujawab baiklah.

Tibalah saatnya waktu haid ke-3 di tengah aktifitasku Kuliah Kerja Nyata. Kali ini, tak begitu perih hatiku sebab tak menggebu-gebu inginku seperti sebelumnya.

Masuklah pada bulan ke empat, di mana aku telat haid beberapa hari. Ah, kataku ini seperti kemarin paling meleset saja tanggal menstruasiku.

Sampai di keterlambatan haid seminggu, dua minggu, hingga bulan sudah berganti, aku mulai khawatir.

"Mengapa aku tidak haid bulan kemarin?"

Aku bertanya pada temanku yang sudah lebih dulu mengenyam bahtera rumah tangga, aku searching di internet, aku cerita pada Aba, dan kupergoki Aba juga ternyata mencari tahu tentang keadaanku dari gejala-gejala yang ada pada diriku seperti sering BAK.

Masuklah pada masa dilema dimana aku menawarkan Aba untuk cek kehamilan pakai tespeck sementara Aba bilang untuk apa? Tak usahlah. Maka, maju mundurlah aku membelinya.

Kubeli tanpa sepengetahuan Aba dari rekomendasi temanku dan intetnet, dua kali kulakukan pengecekan memakai alat itu dan hasilnya garis dua. Ya Allah, betapa aku terharu dan girang disaat itu juga!

Aba yang sudah dengan keyakinannya akhirnya kuceritakan bahwa aku hamil. Dirasa sejalan dengan apa yang ia yakini kulihat raut bahagia di wajahnya. Pun, matanya berbinar dan hanyutlah kami dalam hangatnya pelukan.


šŸ˜›HAMIL II

Pembahasan ini teramat greget! Bagaimana tidak? Proses kehamilan yang kujalani sungguh lain dari yang lain.

Pasalnya, aku merasa payah karena mual-mual hanya terhitung satu minggu. Sementara anti ini anti itu, hanya satu saja dan itupun sebentar yaitu tak suka dengan bau nafas Aba kalau sudah merokok hehe, seakan kuendus asbak penuh sakar rokok di dekat lubang hidung! Padahal, aku paling suka bibir Aba saat sudah merokok, hehe rasanya manis.

Mmm, soal ngidam pun aku teramat realistis dan smart. Jadi, ketika mau ini mau itu dorongan utunnya selalulah keinginanku melibatkan Aba juga.

Contohnya, mau seblak yang Aba suka beli. Sehingga peluang diwujudkannya pun besar.

Saat sudah ada makananpun dihabiskan, berbeda dengan kebanyakan orang yang hanya dicicipi saja. Keren, kan?

Paling, satu permintaanku yang agak lama terwujud yaitu ingin mangga aromanis bukan di musimnya.

Selanjutnya, bermula dari masalah ngidam (banyak ingin). Keuangan kami sedang kurang stabil, hingga kulihat gurat kesedihan saat suamiku sedang tak bisa memenuhi keinginan istrinya.

Dari situlah, Aba memasuki saat-saat dilema setelah sekian lama. Akankah tetap kasab di Sukabumi atau di Jakarta juga?

Akhirnya, setelah Aba ngobrol dengan sahabat-sahabatnya, orang tuanya, dan merenung berpikir dan menghitung-hitung peluang dan resiko yang harus diambil, muncullah kesimpulan Aba akan mulai pulang pergi Sukabumi-Jakarta.

Hal tersebut dimulai sejak Ramadhan pertama kami. Ya, 3 hari di Jakarta, 4 hari di rumah dan semakin ke sini jadwalnya demikian padat, tapi dengan kepadatan itu jika terkait mengaji dan ngobrol ilmu Aba begitu bersemangat. Masya Allah, panutanku.

Euuuh, intinya kehamilan Kiral J. G. itu gak neko-neko. Tak banyak keluhan. Tidurku tetap nyenyak, pegal-pegal dll. hanya sesekali saja.

Juga, dengan perutku yang banyak orang tak mengira sedang bulannya, menjadikan proses kembalinya bentuk rahim ke ukuran semula tidak begitu alot.

Aku menikmari proses demi proses pertumbuhan Kiral di alam rahim. Berat badanku yang semula 40-an kg menjadi 53.4 kg terakhir periksa masih dikatakan ideal, bahkan Aba suka dengan perubahan tubuhku yang isi itu hehehe. Alhamdulillah.

šŸ¤© MELAHIRKAN

Mimpi seorang ayah pada tanggal 7 November 2022 terwujud. Dimana lahir bayi laki-laki dari rahim istrinya dengan 'lungsur langsar' yang diberinama Kiral Jagadhita Gavra.

Jemuran pagi itu penuh. Baju-baju kotor sudah dicuci bersih dan ditaruh di bawah sinar matahari langsung.

Terhitung dua ember penuh yang di bawa dari kamar mandi ke halaman rumah. Setelahnya, hadirlah perbincangan antara mertua dan anak menantu. Ya, Mamih dan aku di aula Gubuk Cerita.

Kutanyakan perihal bagaimana rasanya melahirkan. Tahapan-tahapannya apa yang dirasa di tiap tahapan, serta apa yang disiapkan.

Kau tahu? Kuhiraukan rasa sakit yang baru sedikit di bagian bawah perut, ya seperti sakit mestruasi.

Selesai perbincangan itu, aku ke kamar. Tak diduga rasa itu semakin intens. Aku hampir-hampir mau menjerit tapi kutahan karena aku tak mau melebih-lebihkan.

Hihi, di tengah rasa sakit yang datang pergi dan perasaan sedikit tak nyaman di daerah kantung kemih, kucari tahu cara menghitung hpl. Kuhitung ulang saking tak sepenuhnya percaya hari itu hari yang bersejarah dalam hidupku san hidupnya.

Tak lupa, pngalaman malam-malam sebelumnya kukatakan pada dukun beranak "takut brojol!" Ternyata itu salah satu tanda akan segera datangnya gelombang cinta dari sang bayi.

Aba pun datang ke rumah bersamaan dengan aku yang ingin ke belakang. Setelah menuntaskan hajat eh kupergoki darah di CD.

Sontak kuceritakan pada Aba: "Aba, ada darah gening..." Aba dengan wajah datar waktu itu menjawab ceritainnya sama Mamih & Ma Iyon (Paraji/Ma Beurang/Dukum Beranak)!

Mendengar itu, langsung kulangkahkan kaki menemui mamih dan kuperlihatkan darah itu. Katanya, biar Mamih kabari Ema dengan wajah penuh kekhawatiran.

Dari situ, karena kami belum makan, Mamih bantu menggoreng ikan Nila yamg sudah dibacem kuning. Wanginya membuat kucing-kucing dekat rumah berdatangan lo.

Ema pun tiba. Sicek lah bagian si bawah perutku olehnya. Tak disangka, sudah pembukaan 2.

Dari situ, anganku langsung berkelana dong. Huft, inikah waktu melahirkan utun?

Karena kubaca-baca kalau pembukaan itu bagusnya terua bergerak, aku sampai membereskan tas bawaan ke klinik sendiri, 'ngakeul' dulu. Juga seperti kata orang-orang rumah jalan-jalanlah ke sana kemari di dalam rumah (kalau masih mampu).

Taraa... ikanpun satu persatu matang. Alu dan Ema makan. Sementara yang lain tidak ikutan karena beragam alasan.

Aku lahap sekali makan saat itu, hingga kurasakan semakin meningkatnya kontraksi yang kurasa & dambb!!! kenikmatan itu hilang seketika digantikan ringisan kecil.

Kau tahu? Kala itu sudah waktunya jum'atan, jadi walau mungkin sudah masuk pembukaan 3, kami memilih berangkat ke klinik setelah waktu dzuhur.

Uuuuuuuu, selama di mobil 'aku peperejelan' kalau bahasa Sundanya. Kupegang erat tangan Ema sambil Ema usap-usap punggungku.

Seperti kataku, kontraksi itu datang dan pergi, maka selama ia pergi aku benar-benar mensyukurinya dan sebiaa mungkin menyulam senyum bahkan tawa.

Kata perwat di sana, berbaringlah di atas kasur. Kata bidan yang memeriksa, sudah masuk pembukaan 7.

Masya Allah... cepatnya.... kumiringkan badan ke kiri dan kontraksi itu semakin hebat. Masih sama datang dan pergi hanya lebih sering.

Setelah waktu-waktu menetukan itu terlewati, aku bersyukur tak menggantungkan harap akan pertolongan kepada Aba seperti biasanya. Terus kumemohon seperti ini. "Ya Allah... Ya Rasululullah... tolong bantu selamatkan aku dan utun..."

Satu, dua, tiga, tindakan dan printilan kejadian. Diadzankanlah Kiral Jagadhita Gavra oleh Aba saat aku sedang dijahir luar dalam.

Sungguh tanggal 11.11.2022 selain tanggal cantik san banyak potongan harga di maeket place. Saat itu juga buah hati kami tiba di alam kedua hidupnya dengan selamat dan sempurna.

Kata Aba, Aba mengamati betul tubuh Kiral si detik-detik pertamanya. Dari ujung kepala hingga ujung kaki dicek olehnya, alhamdulillah tak kurang suatu apapun


Dan Kiral, anaknya ibu dan aba, di foto pertamamu kamu tertawa. Semoga perkataanmu, perbuatanmu, langkahmu dan segala sesuatu yang datang darimu seperti Rasulullah SAW, rekomendasi role model dari Tuhan yang mengajarkan cinta, ilmu, dan akhlak.

Ibu sayang sama Kiral... catatan ini tidak melingkupi semua kejadian di hari itu. Namun, ini akan jadi jejak digital awal yang memuat namamu, Kiral Viral (kata orang-orang).

Si Cakap Cukup Cakep... Si Pembagi Kehangatan... Si Ogin, hehe.








SEKIAN

Sekian catatan perjalanan pernikahan satu tahun R & M yang bisa tertulis. Aslinya? Uuu kau tahu sendiri tiap kisah punya kompleksitas dan riuh rasa yang luar biasa.

Salam~

ultraulfa
kadang nyastra, kadang nyarita~

Related Posts

10 komentar

  1. Barokallah ya Teteh cantik...semoga selalu sakinah mawadah warahmah...Dede nya udah besar lagi. Dulu waktu telponan masih ada di perut Ibu...Makin sholeh juga ya

    BalasHapus
  2. Waah, selamat mbak Ulfah atas ulang tahun pernikahannya. Semoga selalu diberi kebahagiaan dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

    BalasHapus
  3. Barokallah Mbak Ulfah... Jadi ingat masa-masa awal pernikahan dulu. Emang bener ya, orang kalau mau naik pelaminan selalu banyak godaan dan cobaan... Semoga sakinah mawaddah wa rohmah...

    BalasHapus
  4. Barokallah Mbak Ulfah... Jadi ingat masa-masa awal pernikahan dulu. Emang bener ya, orang kalau mau naik pelaminan selalu banyak godaan dan cobaan... Semoga sakinah mawaddah wa rohmah...

    BalasHapus
  5. Pelan² masuk ke kehidupan dan bikin nyaman yaa. Kalau mau menikah emang banyak godaannya. Alhamdulillah Allah amanahkan seorang putra yg lucu ya mbak. Aku suka penggunaan diksinya, keren mbak.

    BalasHapus
  6. Barakallah mbak, masyaallah membacanya ikutan tegang ya, banyak cerita yang kadang tak bisa diceritakan, semoga samawa hingga ke jannah-Nya

    BalasHapus
  7. Sakinnah mawadah warohmah mbak. Artinya apa mba nama anaknya. Semoga menjadi anak yang soleh berbakti sama kedua orang tua.

    BalasHapus
  8. Masya Allah mbak Ulfah, sok dijadikan novel atuh. Bagus banget

    BalasHapus
  9. Emang kok perjalanan pernikahan tuh nano nano. Dan layal jika disebut ibadah terpanjang sebab ga ada batas waktunya tiap detik adalah ibadah.

    BalasHapus
  10. Ku baca kata per kata, dan turut hanyut dalam proses dan cerita di dalamnya. Tapi aku terkekeh di akhir cerita kelahiran Kiral. Duh Kiral..banyak potongan harga di marketplace Nak. Ibu memang melewatkannya, tapi Allah gantikan dengan kehadiran dirimu.Barakallah mbak Ulfa dan Aba, Kiral juga ya ganteng..sehat-sehat Nak.

    BalasHapus

Posting Komentar