Masih disuduthari, bersama R. Maria Ulfah di sini. Kita diskusi, yuk, soal cara menguatkan mental anak!
Betul sekali! Mental itu terkait keadaan batin seorang manusia. Biasanya, perspektif psikologis, agama, dan aktivitas parenting berperan aktif merawat kestabilannya.
Dari sisi parenting, orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Bahkan,
Betul sekali! Mental itu terkait keadaan batin seorang manusia. Biasanya, perspektif psikologis, agama, dan aktivitas parenting berperan aktif merawat kestabilannya.
Dari sisi parenting, orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Bahkan,
orang yang tak suka tingkah anak sekalipun, bila punya anak dari darah dagingnya sendiri, kesukaan dan cinta kasih muncul tanpa dipelajari.Salah satu harapan orang tua pada anak ialah anak tersebut setelah dewasa bisa mandiri. Nah, faktor terbesar membuat anak bisa berjuang untuk kemandiriannya selain literasi tinggi ialah kuatnya mental.
So, pertama-tama, dalam benakku terbesit beberapa tanya.
Kenapa, sih, harus kuat mental?
Ada yang mau jawab duluan? Okay, gini.Sudah menjadi rahasia umum, isu mental health atau kesehatan mental banyak diidap kaula muda era ini. Apakah orang dulu merasakan juga? Mungkin saja, tapi penyikapannya berbeda.
Nah, penyikapan inilah yang akan kita soroti, di mana respons alamiah manusia menghadapi permasalahan yang mengaduk emosi berbeda-beda.
Kita, tentu merasakan sendiri di masa-masa sulit (menurut persepsi kita) terjadi guncangan di bagian dalam diri.
Mereka yang keropos, kerontang, dan kosong dari dalam, orang dari luar bisa menyaksikan riuh rendah ekspresi hatinya. Mmmm, apakah itu hal yang bijak?
Karena bagaimanapun juga, perasaan negatif bukan hanya meminta diperlihatkan dan dimengerti, tapi dikendalikan dan disiasati.
@disuduthari
Kenapa kekuatan mental harus dibentuk sejak dini?
Ada sebuah cerita di dalam kitab Akhlaq lil Baniin, sebagai refleksi kecil yang intinya, ada seorang anak laki-laki berjalan di suatu taman yang dipenuhi beragam tumbuhan dengan ayahnya.Sang anak bertanya,
"Aba, kenapa kita harus merapikan tumbuhan ini sejak kecil? Bukankah bisa kita rapikan nanti, ketika sudah bertumbuh besar?"
"Hahahaha" Sang ayah tertawa mendengar celoteh puteranya. Selanjutnya berkata,
"Nak, jika tumbuhannya dirapikan setelah besar, dahannya sudah bertambah kuat, sehingga susah dibentuk lagi. Kalau dipaksakan, apakah ia tidak patah?" Sang anak memainkan dua jari tangan di dagunya.
"Begitulah perumpamaan manusia, bila akhlaknya tidak dibentuk sejak kecil, maka sulit merapikan ketika dewasa, dipaksakan patahlah ia."
Akhlak sendiri mencakup bagaimana kuatnya mental. Bila input yang masuk dan stimulasi yang menghampiri membentuknya kuat, maka kuatlah ia di masa dewasa.
Lalu,
Bagaimana cara menguatkan mental anak?
Hard times create strong men. Strong men create good times. Good times create weak men. And, weak men create hard times.Simplenya begitu, akan tetapi sebagai orang tua muda, aku yang dipanggil "Ibu" dan suamiku yang dipanggil "Aba/Abana" punya sedikit pandangan soal ini.
G. Michael Hopf, Those Who Remain (The New World)
Seru sekali bila bisa dijadikan diskursus disuduthari, denganmu~
Cara Menguatkan Mental Anak (Versi Aba) : Tegas/Disiplin
Poin utama yang menurut Aba bisa menguatkan mental anak ialah dengan diajarkan ketegasan atau kedisiplinan. Aba berkata,Tegas bukan berarti keras. Tegas itu jelas memberi tahu benar dan salah.Prinsipil sekali ya? Walau boleh jadi, arti tegas di sana ialah dari cara penyampaian pesan.
Sementara, menyinggung kedisiplinan, kita tahu sendiri bahwa untuk memperoleh sesuatu pencapaian perlulah sabar dan disiplin di dalam menjalani prosesnya.
Beberapa contoh pengaplikasian konsep tegas dan disiplin ini, sebagai berikut :
1. Fisik yang Sehat
Mmmm, kau tahu? Gen Z saat ini banyak yang fomo dengan olahraga, entah itu ngegym atau olahraga lapangan.Fomo macam ini kurasa baik, apalagi bila dilakukan dengan benar, bukan hanya selfie di cermin besar, hehe.Btw, aku cukup ngikutin father of youtube, Deddy Corbuzier, di mana ia yang tadinya gemuk beralih menjadi ia yang lebih dari sixpack biasa.
Dalam banyak media diceritakan rutinitasnya penuh kedisiplinan, terutama menjaga badan.
Ngegym menjadi agenda wajib yang dijalaninya. Bahkan, bukan hanya ia, tapi juga seluruh anggota keluarga.
Kata-katanya yang lugas, bahkan sarkas selalu menarik untuk dicerna, ia mengungkap kata,
Ngegym menjadi agenda wajib yang dijalaninya. Bahkan, bukan hanya ia, tapi juga seluruh anggota keluarga.
Kata-katanya yang lugas, bahkan sarkas selalu menarik untuk dicerna, ia mengungkap kata,
"Gw Gym bukan buat sehat.. Gw Gym supaya Badan gw bagus.. Kalo badan gw bagus. Org2 pikir gw sehat.. #MenangBanyak"Sungguh, selain pengalaman melahirkan anak pertama, hal yang juga menguras tenaga dan kesiapan ialah mendidik ia hingga siap menjalani hidup.
"Orang yang siap mati itu banyak, tapi orang yang siap hidup itu sedikit, karena hidup harus mampu melewati segala rintangan yang datang kepadamu." -- Aba
2. Tanggung Jawab
Bila kebanyakan orang melihat tanggung jawab itu dari sisi ibu karena ibu yang sering menata rumah dan bertanggung jawab untuk kenyamanan rumah, maka kami berbeda kacamata.Dalam keterangan kitab kuning, ulama menjelaskan bahwa tugas untuk menghadirkan rasa aman dan nyaman ialah suami. Istri itu hanya membantu, menghandle, dan taat pada suami.
Quotes yang melintas di kepalaku ini :
"Fungsi istri bukan masak, ngurus anak, atau rumah. Gus Baha : menjaga suami dan ngajak ke surga."Tentu, suami yang berperan menjadi ayah sekaligus punya tugas ganda dalam melatih tanggung jawab pada anak.
Masalah teknis di lapangan, atau mewakili di setiap hari, barulah istri yang menjadi ibu dari anak-anaknya turun tangan.
Ya, sesederhana misalnya mandi dulu sudah siang, dibahasakan :
"A/Dék, main air, yuk. Kita jalan-jalan."
3. Syukur
Sungguh, unsur spiritual dalam diri manusia bila kering efeknya kontan! Termasuk seberapa tinggi tingkat kebersyukuran seseorang, mempengaruhi seasyik apa hidupnya.Kalau kata Habib Husein Ja'far Al-Haddar
Hidupmu yang (mungkin) kau anggap"gini-gini aja" adalah (mungkin) cita-cita hidup orang lain. Maka bersyukurlah.Rasa syukur ini dilatih sejak kecil. Sesederhana, bilang "Alhamdulillah saat adzan berkumandang." Sesederhana, bilang "Alhamdulillah, nikmat pisan makannyaaa."
Kalau kata Aba,
Ucapkanlah "Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah....." sampai lidahmu tak mampu lagi berucap "alhamdulillah."
4. Keterampilan sosial
Nah, bagian ini yang paling aku suka dari Abana. Beliau menjadikan kami saksi perilakunya dalam ranah sosial.Dalam mendidik anak, sejak kecil Abana tak pernah berkata "tidak" kepada siapapun yang mau mengajak Kiral main. Terkecuali pada orang-orang yang dirasa kurang bisa menjaga.
Membolehkannya Aba pada Kiral berinteraksi dengan orang baru, orang asing (yang bagi orang tuanya nggak asing-asing banget) membuat Kiral yang baru akan genap dua tahun ini tidak kaku di tengah-tengah keramaian.
Ia menjadi dirinya sendiri, enjoy dengan dirinya, asyik menciptakan permainannya, dan bisa saja tingkahnya, mendekati orang yang sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Semisal, ia ingin main di luar, ia tahu harus ke mana dan tangannya diulurkan ke siapa. Dengan ekspresi rayuan dan senyum yang aduhai kita tahu ada maksudnya, selalu bisa melelehkan hati yang dituju.
Mungkin, parent juga merasakan, ya. Pengalaman semacam ini.
Oh ya, bagaimana menghormati yang lebih tua dan menyanyangi yang lebih muda, juga menghormati para ahli ilmu dan yang punya kedudukan di masyarakat, turut diperlihatkan di depan anak.
Kurasa, selain genetik yang mengalir, pemandangan senacam ini turut terekam oleh otak anak yang masih demikian hebat kerjanya. Ya, proses pembentukkan otak masih sedang gencar-gencarnya!
Cara Menguatkan Mental Anak (Versi Ibu) : Pedih/Sakit
Nah, kalau dari sisi aku sebagai seorang ibu, sebagai ekspresi kasih sayang, aku ingin anakku merasakan sakit. Maksudnya bagaimana?Maksudnya, kuingin ia secara sadar mengalami dan menghadapi keadaan yang menghimpitnya, baik dhohir maupun batin. Sebab, derita dalam hal ini stress bisa pula bermakna positif.
Artinya, karena stress itulah ia berpikir dan merenung, "Apa yang harus dilakukannya untuk keluar dati jurang ketidaknyamanan?" (Tentu dengan bimbingan orang tua)
Dengan gaya bicara dari hati ke hati, soal apa yang menjadi keresahannya pada saat ini.
Kalau Abana tak sabar bila anak sudah bisa berkomunikasi lancar, ia akan jadikan teman diskusi.Kalau aku, lebih ingin melakukan pendekatan emosional, di mana sisi terdalamnya dan gairah hidupnya dibaca pelan-pelan.
Dengan begitu, hantaman sebesar apapun bisa diselesaikan satu per satu. Sembari juga, sama-sama belajar mengelola beragam emosi dan membersihkan hati.
Ada yang sama?
Entah mengapa, setiap memahami objek tertentu paling masuk kalau dibedah dengan pendekatan psikologis dan tasawuf, seakan diri kecil disapa dan dituntun dengan manisnya.Btw, seperti yang disinggung barusan, contoh pengaplikasian anak merasakan pedih atau sakit, 3 yang paling besar ialah :
1. Ajarkan Cara Mengelola Emosi
Ini bisa didapatkan parent dari buku-buku pengelolaan emosi. Ada satu judul buku yang sampai saat ini masih suka membuatku datang kepadanya.Berjudul "Pertolongan Pertama pada Emosi Anda," oleh Guy Winch, Ph. D. (psikolog berlisensi, pembicara utama, dan penulis).
SINOPSIS PPpEA :
Seperti tubuh yang kadang kala terluka, kita juga mengalami luka emosional: kegagalan, rasa bersalah, penolakan, kehilangan, dan sejenisnya. Sementara kita memiliki perban untuk luka gores atau es batu untuk mengompres memar, kebanyakan dari kita justru tidak tahu cara menangani luka emosional sehari-hari. Padahal, jika tidak segera diobati, luka emosional dapat memburuk dan secara signifikan memengaruhi kualitas hidup kita.
Dalam buku ini, Guy Winch menjelaskan efek jangka panjang dari luka emosional dan psikologis yang tidak segera ditangani. Dengan memaparkan gejala, penyebab, dan efeknya, ia menawarkan latihan yang konkret dan mudah dilakukan untuk membantu pemulihannya. Didasarkan pada sains mutakhir dari riset ilmiah terbaru dan eksperimen psikologis yang luar biasa, dilengkapi cerita menarik tentang kehidupan para pasien, serta dibumbui humor seperlunya, buku ini menyajikan perawatan langkah-demi-langkah yang cepat, sederhana, dan efektif.
Buku ini merupakan bacaan penting bagi siapa pun yang ingin menjadi pribadi tangguh, dengan melenyapkan derita emosi dan sakit hati yang menghambat kemajuan personal. Bagaikan kotak obat psikologis, inilah alat pertolongan pertama pada derita emosi Anda.
2. Latih Cara Menghadapi Kegagalan
Bukankah makhluq Tuhan punya jatah gagalnya? Nah, dibanding anak dikatakan,"Karunya teuiiiiing (Kasihannya....)"
Gimana kalau dimulai untuk meresponsnya dengan lebih baik?
"Pasti sakiiiit. Nggak apa-apa ya, Nak. Berarti lain kali lebih begini, lebih begitu, istirahat dulu. Nanti, kita coba lagi sampai berhasil!"
Bagaimana bila tumpukkan kegagalan yang dialaminya mengikis rasa percaya diri, harga diri, dan motivasi berjuang dalam hidup?
Mari kita buka obat lemari obat psikologis & melihat-lihat pilihan penanganan yang dirasa cocok untuk kita!
Dalam buku tadi, Guy Winch, memetakan 4 penanganganan pertama dan bocoran indikasi kapan sebaiknya konsultasi dengan ahli kesehatan jiwa.
(1) Berikan dukungan kepada anak dan bersikap realistis
Mindset ketika gagal (pilih yang paling cocok untuk siatuasinya) :
(2) Fokus pada faktor-faktor yang berada dalam kendali Anak
(3) Bertanggung jawab dan menerima ketakutan
(4) Mengalihkan perhatian anak dari gangguan tekanan performa
Kapan sebaiknya konsultasi dengan ahli jiwa?
- Kegagalan adalah guru yang terbaik
- Kegagalan memberi peluang-peluang baru
- Kegagalan dapat membuat kita lebih kuat
- Sebagian kegagalan adalah juga keberhasilan
- Kegagalan menjadikan kesuksesan pada masa depan lebih berarti
- Kesuksesan tidak selalu diperlukan
Ringkasan penanganan saat gagal : Carilah dukungan, Lalu bersikaplah realistis
Dosis : Gunakan penanganan sesegera mungkin setiap kali Anak mengalami kegagalan yang menyakitkan.
Baik untuk : Mengurangi kerusakan terhadap rasa percaya diri, harga diri, dan motivasi.
Manfaat lain : Mengurangi tekanan performa
(2) Fokus pada faktor-faktor yang berada dalam kendali Anak
(3) Bertanggung jawab dan menerima ketakutan
(4) Mengalihkan perhatian anak dari gangguan tekanan performa
Untuk menangani luka-luka psikologis akibat tekanan performa kita harus memadamkan api dengan apiTindakkan ini bisa dengan :
- Bersiul atau bilang "duuu du duuu du duuuu" dlsb
- Bergumam (berbicara dengan suara tertahan di dalam mulut)
- Menetralisir konsep subjektif yang tidak tepat
Kapan sebaiknya konsultasi dengan ahli jiwa?
Waktu yang tepat ialah setelah anak melakukan penanganan pertama di atas, ia masih berjuang mengatasi rasa :
- putus asa,
- tidak berdaya,
- malu,
- atau depresi.
3. Berikan Anak Kesempatan Memilih
Siapa bilang memilih ini selalu menyenangkan? Ada yang namanya Paradoks pilihan yang dicetuskan psikolog Amerika Barry SchwartzParadoks Pilihan adalah fenomena di mana konsumen yang dihadapkan dengan terlalu banyak pilihan mungkin merasa lebih sulit untuk membuat keputusan atau merasa senang dengan keputusan yang mereka buat.Nah, dari menjaga dari tergelincir paradoks pilihan, parent bisa menciptakan atmosfer sendiri mendampingin anak.
Semisal, latih ia memilih dari dua hal saja. Diikuti penjelasan kalau pilih ini gini gini gini, kalau pilih itu jadinya begitu.
Anak jadinya bukan hanya memilih sekadar dari yang ia suka atau anggap seru, tapi juga mempertimbangkan baik dan buruknya sesuatu.
Jadi, Orang Tua Harus Bagaimana Supaya Anak Kuat Mental? : Jadilah Role Model & Pribadi yang Percaya Diri
Yakinlah, beribu petuah bisa dihadirkan semua orang. Yang paling penting itu menjalankannya.Makanya selalu tersentuh kala guru-guru kita, para kiyai, ketika diminta memberi nasihat ia tidak memberi saat itu juga, tapi memberi waktu.
Orang mungkin bertanya-tanya untuk apa waktunyasehingga merema lama menunggu, padahal banyak kasus Sang Kiyai mempraktikkan dulu apa yang akan disarankannya pada yang meminta saran.
Karena memberi contoh dan menjadi contoh ialah dua hal yang berbeda.
@disuduthari
Catatan Akhir : Cara Menguatkan Mental Anak Versi disuduthari
Baiklah, dari serangkaian pemaparan tadi, usaha yang bisa dilakukan orang tua terhadap anak untuk menguatkan mentalnya sebagai berikut.1. Ajarkan ketegasan dan kedisiplinan, bisa dengan cara :
- Menjaga Kesehatan Fisik
- Melatih Tanggung Jawab
- Melatih Syukur
- Melatih Keterampilan Sosial
2. Kenalkan rasa sakit dan cara menyikapinya, semisal :
- Ajarkan Cara Mengelola Emosi
- Latih Cara Menghadapi Kegagalan
- Berikan Ruang untuk Memilih
3. Jadilah orang tua yang menjadi role model kuatnya mental & pribadi yang percaya akan potensi dirinya
The last, senang sekali tamat mengantarkan wacana Cara Menguatkan Mental Anak ini padamu. Ada yang mau ditambahkan? (SILAKAN) - Salam berseri, sampai jumpa disuduthari~
Wah. Sangat menarik, Kak cara penyampaiannya. Kalau soal perempuan/istri di Alkitab, sebutannya penolong bagi suaminya. Semangat menulisnya, Kak. Sukses selalu. ☺️
BalasHapusMmmm, begituuu. Kirang lebih sama, ya, kalau dari sisi esensi.
HapusIbu dan ayah memang memiliki perannya masing-masing, ya, dan anak membutuhkan keduanya. Ini penting agar si anak memiliki ketegasan sekaligus kelembutan, tentunya ini harus ditanamkan sedari kecil. Layaknya merawat tumbuhan yang telah disebutkan.
BalasHapusBetul sekali! Makanya tepuk tangan dan apresiasi yang besar untuk para single parent yang mampu mendidik anak dengan baik.
Hapus"Perempuan kalau tidak disibukkan oleh ilmu maka dia akan disibukkan oleh perasaannya" Begitu kata seorang ustadz yang saya temui di video reels.
BalasHapusAwalnya saya tidak paham apa maksudnya, tapi lama lama kalau dipiki pikir ini ada benarnya. Dan justru harus menjadi prinsip.
Satu hal yang seringkali orang tua lupa, bahkan ga peduli adalah tidak mau menjadi telinga untuk anaknya berkeluh kesah, mengoceh dll.
Sehingga kedekatan anak dan orang tua pun kurang, dan anaknya pun cenderung menjadi anak yang nakal. Karena perasaannya tidak di falisitasi.
Pernah dengar juga statement itu keluar dari Ning Imaz Fatimatuzzahra
Hapus________
Tanyangan banget bagi para orang tua ngebangun kedekatan emosional bahkan ruhaniah.
Juga, memikirkan cara dan pendekatan yang tepat agar ekspresi kasih sayangnya bisa ditangkap dan diserap oleh Sang Anak.
Kalau di podcast Deddy Corbuzier mah,
"Nggak semua ges z broken home, tapi semua gen z merasa dirinya broken home" 💥
Masyaallah... Jadi ingat juga ungkapan, "Menulis di atas batu lebih mudah ketimbang menulis di atas air." Terima kasih reminder-nya, Kak...
BalasHapus