disuduthari header

OMODA, Mobil Listrik dengan Pajak Mobil Murah Dibawah 1 Juta

Posting Komentar

mobil bafu chateez mobil listrik
Mobil mewah minggir dulu! Mobil listrik dengan pajak mobil murah dibawah 1 juta mau lewaaaat :D


Hi, hi, hi, Pemirsa! Kali ini kita bincang-bincangnya santai aja, ya, miring kanan miring kiri sambil nonton video hiburan yang secara syariat masih aman.

Kaya video terbarunya Qory Gore bareng Chateez yang baru aja selesai kutonton, sambil seru-seruan lihat mereka, ada juga mobil menarik yang dikenalkan pada dunia.

Apa lagi, kalau bukan Omoda E5, Chery Omoda 5 2024. Dengan varian warna putih yang minimalis, kita simak yang di bawah.


Harga Beli Mobil Listriknya Chateez

Kalau harga jual nya gimana? Ya tentu saja tergantung kecerdasan pemakai awalnya hehe.

Kita tahu sendiri, mobil atau barang apapun yang sudah dipakai kalangan artis dan orang ternama, harganya suka nggak ketolongan tingginya, huhu.

Sebandingkah dengan yang didapatkan? Setiap kasus beda-beda perlu pakai kaca pembesar logika dulu nelaahnya hehehe.
Jadi harganya berapaan, nih? Bila dibanding dengan merpati 2M ini seperepatnya. Dengan 400-500 juta bawa pulang tuh Omoda E5!
Eh, Qory Gore nanya dong kenapa nggak Hyundai?
Jawabannya karena yang di bawaaaah.


Pajak Mobil Murah Dibawah 1 Juta (Mobil Barunya Si Cina Hemat)


Hahaha, walau Chatez bilangnya Cina Pelit dengan gaya slengeannya, Cina hemat kata yang lebih halus didengar kan, ya.

Eh iya, ini beneran lo, no hoax! Kamu harus percaya, kalau Chatez memang beli mobil baru-baru ini.

Nominal pajaknya berapa?
Omoda A5, mobil listrik dari Chery, pajak pertahunnya hanya 450.000

What? What, What!! Aku hampir nggak percaya tapi ini nyata.

Walau di kepala kita ada mobil idaman masing-masing tapi kalau udah masuk ke pembayaran pajak pengennha semuanya kaya Omoda aja, wkwk.

Eh inget OMODA dengan pajak rendahnya, aku jadi ingat tulisanku di note hp dulu, soal angka, saat viralnta pinjam dulu seratus, hehe.

Manusia Naif Soal Angka, Pinjam Dulu Seratus? Red Flag!

Hari-hari ini beranda media sosial kita disisipi suatu angka. Angka ini menjadi familiar di telinga kita baik berkesan jenaka maupun murka.

Ya, 100, "pinjam dulu seratus."

Konten kreator berlomba-lomba masuk ke lini ini supaya relevan dengan viewers yang begitu besar. Bahkan, presiden Indonesia saja, dalam salah satu pidatonya menyematkan kata seratus.

"Ikan lowan ikan gabus,
Direndam dulu baru direbus,
Supaya pembangunan maju terus,
Pinjam dulu seratus." -- Presiden Jokowi

Wow, menarik bukan?
Namun, mari kita melihat lebih dalam, bagaimana fenomena orang menanggapi penyebutan angka ini. Sedikitnya ada tiga pandangan yang patut kita renungkan. Jangan-jangan kita ambil bagian!


1. Seratus ribu terasa besar

Jika Raditya Dika punya prinsip tidak mau meminjamkan uang, maka dua tokoh ini sebaliknya. Pertama Najwa Shihab. Kedua, Rafi Ahmad.

Bagi Najwa Shihab dan Rafi Ahmad uang yang dipinjamkan itu dinilai kecil, sebab akan mengetahui sesuatu yang besar. Apa itu? Ia adalah karakter seseorang.

Betul sekali, sudah menjadi rahasia umum, metode efektif mengintip karakter manusia ialah dengan diberikan harta. Termasuk juga di dalamnya dititipi harta, bukan?

Di sini, kita tidak menilai benar atau salah, tapi menyoroti bahwa tiap sikap yang kita ambil ada risiko dan faedahnya.

Kalau kamu kepo dengan Raditya Dika mengapa tidak mau meminjamkan uang, karena beliau nggak enakan. Daripada hubungan jadi rusak karena tagihan, lebih baik memberi bukan memberi pinjaman.

Oh ya, aku pribadi pernah meminjamkan sejumlah pada seseorang, karena rasa iba yang begitu besar alasannya. Akan tetapi, orang yang bersangkutan malah acuh dan bersikap biasa saja, padahal saat butuh atensinya padaku begitu membludak bak minuman penyegar yang berbusa sendiri saat diberi air di gelas kecil.

2. Seratus ribu tidak terasa

Di mana kita berdiri mempengaruhi pemandangan kita pada objek tersebut. Sebutlah seorang mahasiswa yang masih diberi uang bulanan oleh orang tua dengan fresh graduate lulusan bukan kampus ternama.

Bisa juga kita melihat seseorang yang sudah menjadi entreprener sejak muda, dengan seseorang yang dijamin hidupnya oleh walinya. Waaaah, bagaimana mereka melihat angka jelas berbeda.

Apalagi, jika mereka belum dihadapkan dengan beban di depan mata yang harus diselesaikan. Biasanya mereka dari kalangan yang biasa 'disuapin' cukup tergopoh-gopoh saat dipaksa memenuhi kebutuhannya sendiri, atau bahkan ekstremnya cenderung stagnan dan mengubur impiannya kar6ena himpitan ekonomi.

Di satu sisi, mereka merasa angka 100 tidak terasa, tidak ada apa-apanya. Padahal realiatanya 1 rupiah saja, belum bisa dikantongi dengan mandiri.

Jadi, kalau sudah begini, orang yang naif soal angka benarkan mustahil di dunia?


3. Seratus ribu garis start yang nyata

Menyenangkan tatkala sudah berdamai dengan keadaan. Menyadari potensi diri belum di titik spektakuler, membuat lapang dada menerima bentuk apresiasi sekecil apapun. Bahkan, cenderung melihat angka awal sebagai garis start yang nyata.

Oleh karenanya, SEDIKSI bijak sekali merangkul kalangan ini. Mereka yang hidup segan, mati tak mau. Dipaksa dengan cara elegan untuk menuangkan segala keresahan.

Nah, itulah 3 pandangan soal angka 100 yang jadi perbincangan di media sosial akhir-akhir ini. Semoga angkanya bisa naik menyesuaikan value yang tak habisnya diracik.

Btw, angka 100 ini legendaris pada masanya, lho. Masih ingat dengan pulpen merah yang dilukis bu guru di buku catatan sekolah dasar?

Jika dipikirkan, warnanya sama dengan warna uang 100.000 yang menjadi nominal terbesar di nilai uang rupiah kita. Akan tetapi, ada satu yang menggelitik pikiran, mengapa ya, tetap dilatakan hijau mata kala melihat uang, bukan merah mata kala melihat gepokan uang?

Aku pribadi mencurigai fenomena mata hijau ini karena kita dicekoki uang berwarna hijau di kartun-kartun. Bahkan, sampai saat ini masih terjadi, di mana emoticon di keyboard aplikasi masihlah tersemat uang itu berwarna hijau, bahkan ada sayapnya, ya ampun.

Namun, sudahlah, kita skip soal sayap-sayap itu. Karena jangankan ada sayapnya, nggak ada sayapnya saja, uang dihamburkan sembarang, bak terbang-terbang.

Ets jangan salah, walaupun terbangnya nggak jauh dan ujungnya jatuh ke tanah, bahkan terinjak masih juga diperebutkan dan diidamkan ada di kantong pribadi.

Hal ini disinggung ibu kepala sekolah yang viral saat menjadi pembina upacara di mana amanatnya tidak biasa. Beliau menjelaskan soal uang di hadapan siswa-siswinya. Apakah ini suatu gebrakan yang baik? Ataukah meracuni generasi dengan kehidupan materialistik?

Semua jawaban hidup soal kecenderungan dan kecocokkan hanya kita sendiri yang tahu bukan orang lain, bukan media yang licin-licin.

Baiklah, kukira manusia naif soal angka, akan terus ada. Namun, sifatnya bisa bertambah bisa berkurang. Di kala berkurang, mungkin dia sudah kenal dengan media DIKSIKU yang memuat keresahan massal. Salam~



Okay, setelah ceritaku barusan, nggak penasaran lagi dong dengan mobil pajak murah dibawah 1 juta yang reccomended. Minimal, nggak malu-maluin saat dibawa ngedate bareng Si Dia uuuuu.

Tertarik beli OMODA? Salam berseri, sampai jumpa disuduthari~

R. Maria Ulfah
Perempuan INFJ yang lekat dengan literasi, pengembangan diri, & hati. Tengok saja #diksidisuduthari on Instagram! :D

Related Posts

Posting Komentar