disuduthari header

FANTASTIS! Tas Siaga Bencana adalah Bukti Hifdz Nafs

6 komentar
tas siaga bencana isinya apa aja
"Eh udah siapin tas siaga bencana belum?"

"Emang Teteh udah?"

"Udah lah, Dek, soalnya....."

Kakak sepupuku dengan gamblangnya mengantarkan wacana yang menggetarkan dada. Adikku yang berada di pojok sedang menyuap seblak ke mulutnya, sampai gemetar tangannya, untunglah tak tersedak!

Dari intonasi bicara, aku menangkap, tas siaga bencana adalah barang wajib bagi kakakku yang satu ini. Ia seorang perempuan penuh senyuman, yang tinggal di daerah pesisir pantai selatan. 

Katanya, kabar ancaman megathrust yang menurut peneliti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) di kompas.com, yang bidang megathrush ini seukuran pulau jawa, dari jauh-jauh hari ia mengisi TSB dengan telaten, membuatnya tergerak untuk segera mengisi sebuah tas gendong atau ransel.

Di beranda warung seblak perasmanan yang semi-outdoor di awal malam, aku menelisik lebih lanjut soal tas ini.

Kau tahu? Kampung halaman kami yang dekat dengan laut, sedikit membuat bulu kuduk ini berdiri, huhuhu.

Kami saling menatap dan berharap, bahwa emergency bag yang sudah disiapkan tak terpakai pada akhirnya.
Karena dampak dari bencana alam apapun bentuknya, selalu saja menyisakan kepahitan dari sisi material, emosional, maupun spritual.
So, di samping sebagai mitigasi bencana gempa dan tsunami, meyiapkan tas siaga bencana (TSB) adalah bentuk pengamalan hidfz al-nafs, satu dari lima Maqashid Syariah.
Sesungguhnya Maqashid Syariah adalah ragam tujuan atau maksud Tuhan dalam menformulasi syariat demi memberikan kemaslahatan pada hamba-Nya. (Ahmad ar-Raisuny, Nadhoriyyah al-Maqoshid ‘Inda al-Imam as-Syathiby, 1995, cet; 4, hlm; 19)

- jatim.nu.or.id
Ia pun mengupdate isi tas siaga bencana di rumahnya dari waktu ke waktu. Dengan transparansi tingkat tinggi, dispill-lah isi tasnya. Apa saja?

Isi Tas Siaga Bencana Ala Perempuan Penghuni Daerah Pantai Selatan!

1. Dokumen penting

Ijazah, KK, KTP, dlsb., ialah dokumen administratif yang harus diselamatkan terlebih dahulu. Mengingat, proses pembuatannya tidaklah mudah, apalagi bila ada perubahan satu huruf saja, kita dikenakan ongkos perbaikan yang tidak sedikit.

Lalu, dokumen ini tentu jadi identitas bagi pemegangnya. Maka tak heran, bila ke mana-mana, minimal KTP dibawa, kan, ya.

2. Makanan Kering

Mie instan, biskuit, dlsb., turut disiapkan pula oleh saudaraku. Bahkan menurut penuturannya, setiap pulang dari mini market ia memasukkan beberapa makanan tahan lama ke dalam TSB.

3. Pakaian

Pakaian panjang, selimut, kaos kaki, jas hujan, dlsb., turut ia siapkan. Bahkan selimut sampai divakum supaya ringkas saat dibawa.

Ini penting panget, sih, soalnya selain sebagai pengganti di kala baju kita kotor atau rusak dan suhu udara di cuaca yang ekstem, tapi meminimalisir peluang kejahatan yang mungkin muncul di situasi bencana.

Peluang kejahatan yang paling mengejutkanku yang membuat perempuan dan anak dalam posisi rentan, ialah kejahatan seksual di situasi pasca bencana.

Menilik dari berbagai temuan pasca tsunami Aceh 2004 hingga Tsunami Selat
Sunda 2019, 15 tahun periode bencana di Indonesia, permasalahan yang dihadapi anak penyintas bencana di lokasi mana pun tidak jauh berbeda.

Bentuk-bentuk kekerasan
seksual yang diperoleh antara lain adalah penelantaran, perdagangan anak korban tsunami, perkosaan dan percobaan perkosaan, diskriminasi, pelecehan, pernikahan dini dan pemaksaan pernikahan, dan pengintipan yang dilakukan saat mandi di lokasi-lokasi
pengungsian 
*Milawaty, Potret Peran Pemerintah terhadap Perlindungan Anak: Studi Kasus Kekerasan Seksual pada Masa Tanggap Darurat Bencana Alam di Indonesia, Jurnal Administrasi Publik Vol. XVII (1), 2021: 117-150

4. Uang Tunai

Di kampung, jual-beli masih banyak yang memakai uang tunai. Akan tetapi, uang tunai yang disiapkan sudahkah cukup untuk siaga bencana?

Nyatanya, sebelum ada bantuan dari pemerintah dan pihak manapun, pihak-pihak yang berkepentingan dan punya sumber daya termasuk kebutuhan sehari-hari, bisa menaikkan harga jual setinggi-tinginya.

Maka benar, bila keluar dari hutan karena mengejar sesuatu itu larinya kencang tapi masih bisa dihadang, bila keluar dari hutan karena dikejar binatang buas larinya serasa tidak menapaki bumi, hehe.

Walau ya, dalam kasus nyata, Andrew Kalewait bilang, untuk keselamatan, bila berhadapan dengan binatang buas, tataplah matanya, bentangkan tangan, dan hadapkan tubuh kita padanya, buat diri kita seakan-akan lebih besar dari binatang buas itu.

Karena bila kita balik badan, memperlihatkan punggung dan leher, ia (binatang itu) bisa dengan bebas memangsa. Tentu insting berburu langsung ON!

5. Alat mandi

Yang simple-simple saja. Yang biasa kita gunakan sebagai alat kebersiahan tubuh atas sampai bawah.

Minimal cukup untuk 3 hari, dengan wadah mini, tapi bisa digunakan berkali-kali.

6. Senter, dsb.

  1. Senter kecil yang bisa dikaitkan di tas.
  2. Senter sedang yang terang sekali bahkan jangkauannya jauh
  3. Senter cukup besar, bila masih muat tasnya dan sekiranya kita masih kuat mengangkat.
Sebab, selengkap apapun Tas Siaga Bencana (TSB), bila tidak mudah dibawa lari, bisa sia-sia nanti. @disuduthari

7. Gadget, powerbank dan batre tambahan

Untuk jaga-jaga saat kondisi bencana, bila akses listrik terputus sementara, barang ini bisa begitu membantu. Walau di beberapa kasus, para relawan memakai HT untuk alat komunikasi, kita bisa pertimbangkan ini, sekalian simulasi dulu bareng keluarga.

8. Obat2an (pembalut, dll.)

Yang tahu kita sakit apa, cocojnya obat apa di situasi darurat itu kita. Maka, siapkan barang ini di loket khusus.

Plus untuk perempuan dan anak, pembalut dan diapers (bagi yang masih pakai) perlu dimasukkan list barang bawaan di TSB. Karena begini, ketika situasi darurat, dimana bencana masih terasa gelombangnya, kita tak memperhatikan soal ini.

Hanya, bila nanti kondisi berangsung membaik, barulah akan sangat tidak luvu bila kebutuhan ini tidak terpenuhi di waktu yang tepat.

9. Pluit

Ini bagus banget, sih, idenya menurutku. Apalagi untuk yang memiliki suara kecil sampai-sampai teriakkannya tak terdengar keras oleh orang lain.

Di masa-masa sulit, untuk menandakan di sini ada orang, pluit yang bersuara nyaring ikut kita siapkan!

PR di Tas Siaga Bencana (TSB) Milik Sepupuku

Nah, kata kakak sepupuku, yang perempuan ini, satu yang masih jadi PRnya ialah persediaan air. Untuk satu botol mungkin bisa, tapi sebagai manusia, kita tidak bisa hidup tanpa air.

Untuk mandi bagaimana? Untuk memasaka bagaimana? Untuk mencuci bagaimana? Untuk minum ke depannya bagaimana?

Tentu, ini bila membayangkan kondisi di mana air bersih sulit ditemukan ya. Namun, untuk diminum, ada yang membisikkan saran, cobalah siapkan filter air bersih (pastikan ORI)

Aku, sih, belum lihat seperti apa filter itu, dan yang mana paling direkomendasikan dibawa masuk ke TSB. Ada yang tahu?


Penyampaian Abana: Maqashid Syariah dalam Konteks Berkeluarga

Di atas, kita menyinggung soal hifdz nafs (menjaga diri-nyawa-Jiwa) yang jadi poin dalam Maqashid Syariah.

Dari yang kupelajari di mata kuliah Hukum Fiqh Muamalah, Imam as-Syathiby berpendapat bahwa Maqashid Syariah mengandung lima poin.

Pembahasan inipun pernah turut dijelaskan Abana dalam mutholaahnya sebelum jadwal pengajian di masjid kampung.

1) Hifdzu Ad-Diin (حـفـظ الـديـن) atau Menjaga Agama /Ngaraksa Agama

Dengan pemupukkan nilai-nilai agama dan penerapan moral sejak dini, @kiyailemur atau Kiyai Kampung, telah banyak menuai keberhasilan gemilang.

Apa itu? Terbentuknya anak-anak yang sholih dan sholihah, yang berilmu, bertakwa, mengamalkan ilmunya, dan memberi manfaat di manapun ia berada.

Kata Abana, saat ayahandanya baru saja berpulang, beliau bisa dengan lugas bersaksi soal bekal kebaikan almarhum.
Bekal Bapak mah menomorsatukan pendidikan anak-anaknya. Selama hidup, ia mengupayakan kebutuhan anaknya untuk mondok dan sekolah

2) Hifdzu An-Nafs ( حـفـظ النــفـس) atau Menjaga Jiwa

Dalam konteks siaga bencana, tentu menjaga jiwa ialah dengan menyiapkan diri secara batin dan dzohir.

Dzohirnya, dengan menyiapkan TSB, dan melakukan simulasi penyelamatan diri minimal sekeluarga dulu. Kalau kata kakak sepupuku,
Tong patungu-tungu engkéna! (jangan saling menunggu nantinya!), langsung lari ke jalur evakuasi saat itu juga.

3) Hifdzu Aql ( حـفـظ العــقل ) atau Menjaga Akal/Ngaraksa Akal

Menjaga akal saat ini selain menghindari sesuatu yang memabukkan, judi, dan zinah, kita pun perlu menjaga akal dengan memfilter outpun yang masuk ke otak kita.

Sesederhana, memperhatikan baik buruknya konten media sosial yang kita cerna. Juga, topik perbincangan kala berkumpul dengan manusia lain.

Sudah saatnya, mengontrol diri dari hal sia-sia. Bahkan, sesuatu yang mubah boleh dilakukan, tapi sesekali saja.

Karena apa? Karena waktu tak bisa diulang lagi, baiknya aktivitas wajib dan sunnah diutamakan. Kalau kata Gus Baha,
Hidup menunggu waktu ibadah itu keren!

4) Hifdzu An Nasl ( حـفـظ النـسـل ) atau Menjaga Keturunan/Ngajaga keturunan

Kalau kata Abana,
Mampu teu anak th, ngajaga 3 di luhur? (mampu nggak anak itu menjaga 3 yang di atas?)
Itu tanggung jawaborang tua dalam mendidiknya, bagaimana menjadi contoh saling menjaga kehormatan.
Sebab, kadang kala jatuhnya marwah seseorang ialah karena pengungkapan aib orang terdekatnya.
Dengan dalih bercerita supaya lega, mereka tanpa sadar melucuti pakaiannya sendiri.

Yang tak disadari, orang yang dijelekkan itu adalah bagian dari dirinya, separuh hidup dihabiskan bersamanya.

Batasannya ialah mampukah seseorang belajar kelebihan satu sama lain dan menutupi satu sama lain?

5) Hifdzu Al Maal ( حـفـظ المــال ) atau Menjaga Harta / Ngurus-Ngajaga Harta....

Gimana kalau hartanya nggak ada atau belum ada? Tidak mungkin!

Pakaian yang kamu pakai bukankah harta? Barang yang kamu gunakan untuk melakukan aktivitas kerja, bukankah harta? Bahkan lirik lagu yang bagi sebagian orang menyentuh rasanya, ialah
Harta yang paling berharga adalah keluarga - Ost Keluarga Cemara

Okay, dari pengalaman kakak sepupu perempuanku dengan TSB-nya, aku belajar untuk mempersiakan mitigasi bencana dengan tepat.

Poin plusnya, sambil mengisi dan mempersiapkam TSB dengan barang-barang tadi, kita juga ikut membuktikan hifdz nafs sebagai bagian dari Maqasid Syariah yang kita pegang di dalam kehidupan beragama.

The last, dari pada dihantui cemas berlebih, mari kita tutup pertemuan ini dengan definisi TSB menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berikut.
Tas siaga bencana adalah tas tahan air (waterproof) yang dipersiapkan anggota keluarga untuk berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana atau kondisi darurat lain. Tas ini harus dibawa bersamaan ketika seseorang atau anggota keluarga lari menyelamatkan diri saat bencana terjadi.

Jadi, mau kapan menyiapkan TSB di rumahmu?

Salam berseri, sampai jumpa disuduthari~

R. Maria Ulfah
Perempuan INFJ yang lekat dengan literasi, pengembangan diri, & hati. Tengok saja #diksidisuduthari on Instagram! :D

Related Posts

6 komentar

  1. Aku langsung teringat tas siaga bencana yang dibagi para NGO di awal tsunami Aceh. Selama tiga tahun kami masih menerimanya dan disiapkan oleh bule yang notabene nonmuslim.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mmm begitu, ya, Mbak. Selalu tergugah mengamati pengalaman seseorang terkait hal inspiratif~

      Hapus
  2. Wah.. Terimakasih atas informasinya mbak, sangat bermanfaat. Harus mempersiapkan diri nih.
    Lumayan banyak ya barang - barang ya harus dibawa dalam tas, harus ngelist dulu nih biar gak lupa.

    Btw, semoga megatrust ini hanya prediksi aja, jangan sampe beneran terjadi.
    Semoga kita semua, Negeri tercinta ini dilindungi oleh Yang Maha Kuasa. Amiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih juga Cak, boleh banget loh bahas soal ini ala blog @dcaknoer_

      Amin

      Hapus
  3. Jadi ingat dulu waktu gempa Jogja, saudara-saudara di sana juga selalu membawa tas yang isinya perlengkapan siaga bencana. Alhamdulillah situasi membaik. Lebih baik mendapati beberapa perlengkapan makanan dan obat kedaluwarsa di dalam tas, karena bisa berarti semua baik-baik saja. Semoga kita semua dalam lindungan Allah. Aamiin.

    Vita mamanesia.com

    BalasHapus
  4. Waa aku kira tas siaga cuma perlu menyediakan baju ganti dan makanan darurat, ternyata banyak ya kak yg harus dipersiapkan mulai dari obat-obatan sampai pluit dan powerbank.

    Karena tumbuh besar di tengah-tengah pulau yg jauh dari gunung maupun laut, buat aku jadi kurang aware dengan keselamatan diri, apalagi soal siaga darurat seperti ini. Anw terima kasih remindernya kak!

    BalasHapus

Posting Komentar